Dunia yang Berubah

95

teknologi

transportasi

dan

komunikasi

membuat

globalisasi terakselerasi dengan sangat cepat sehingga kita

berada pada era yang tak memiliki preseden dalam sejarah

umat manusia. Kapitalisme menjadi tak terhindarkan

dan menjadi arus utama model perekonomian dunia.

Dengan akumulasi modal yang besar, kapitalisme mampu

melipatgandakan kecepatan berbagai inovasi. Globalisasi

mengantarkan

umat

manusia

menuju

kebersatuan

dengan tanpa sekat yang tegas. Teknologi informasi

memungkinkan manusia berada dalam satu platform di

mana manusia bisa terhubung satu sama lain terlepas dari

agama, suku, bangsa, dan ras.

Menurut Gus Yahya, gerak menyatu yang disebabkan

oleh globalisasi ini adalah ibarat sekeping mata uang yang

memiliki dua sisi: positif dan negatif. Di satu sisi kemajuan

ini menerobos sekat-sekat lama seperti agama, etnis, atau

atribut-atribut lainnya yang menghalangi terwujudnya

empati, solidaritas, dan belas kasih antar sesama umat

manusia. Sebagai contoh, menguatnya solidaritas umat

manusia dalam membantu berbagai macam kemalangan

yang terjadi seperti bencana alam, pengungsian akibat

konflik horizontal, wabah penyakit, dan lain sebagainya.

Di sisi lain, globalisasi juga melahirkan, meminjam

istilah

Ulrich

Beck,

kuasi-kosmopolitanisme,

yaitu

kelompok yang mengambil manfaat dari globalisasi dengan

aktivitas bisnis multinasional sementara di saat bersamaan

mereka juga berlindung

dibalik

nasionalisme

yang

sempit seperti yang digalakkan oleh Donal Trump yang

mengembangkan kebijakan ekonomi yang proteksionis

untuk tujuan melindungi kepentingan nasional. Cara

berpikir proteksionis ini melahirkan sejumlah kebijakan

yang ironis terhadap Globalisasi seperti pembangunan